KEBAIKAN EMPAT SEKAWAN
Di sebuah desa di dhaerah
Bangka,terdapat sekelompok sahabat yang terdiri dari 4 anak siswa SMP
Muhamadiyah 1,empat anak itu terdiri dari Agung,Deni,Latif,danSonep.Agung
adalah anak dari Pak Poni,dan Bu Darwanti,yang bekerja sebagai pengusaha
susu,dan sapi perah yang sukses,hasil
susunya juga ada yang dijual ke luar kota,karyawannyapun juga banyak.Agung jago
dalam permainan sepak bola,timnya juga pernah mendapat juara satu lomba sepak
bola di tingkat SD seBangka.Deni adalah saudara kandung dari
Agung,mereka adalah anak kembar,tetapi Agung lebih dulu dilahirkan.Deni sangat pandai dalam olahraga renang,beberapa kejuaraan sudah didapatkannya.Agung,dan Deni biasa dipanggil si kembar. Latif
adalah putra dari Pak Somad,dan Bu Susiati,ayahnya bekerja sebagai wartawan sebuah koran nasional,Latif
sangat pandai di sekolah,tubuhnya
sangat kurus dan kecil ,tetapi juara satu sudah tidak asing lagi
baginya,dan
ia bersifat baik,dan tidak sombong kepada teman-temannya.Sedangkan Sonep adalah putra dari
Pak Komar,dan Bu Erna,ayahnya bekerja sebagai polisi,tubuhnya besar dan tinggi,sudah sepantasnya ia
jago
karate,tingkatannya hampir mencapai yang tertinggi.Jika keempat anak ini disatukan,mereka tiada henti untuk berbuat baik,dan juga belajar bersama.
Pada saat mereka
belajar bersama di rumah si Kembar,Agung dan Deni mengajak Latif dan Sonep
pergi ke rumah kakek dan nenek mereka yang berada di Sukamade,Banyuwangi,Jawa
Timur.Lalu Latif,dan Sonep pun mau diajak Deni,kemudian mereka mencari peta
rumah kakek nenek si Kembar melalui internet yang ada di rumahnya,dan dibantu
oleh Ibu mereka.Dan akhirnya mereka menemukannya,dan di cetak di
lembaran,supaya Pak Heru dapat mengantarkan mereka dengan cepat.Mereka
berangkat pada keesokan harinya di pagi hari,dan diantar oleh Pak Heru.Pak Heru
adalah sopir ayah si Kembar.
“Pa , Ma
,berangkat dulu ya!,doakan kita selamat sampai tujuan!” ujar Agung dan Deni
bersamaan.
“Jangan lupa
sampaikan salam dari Papa dan Mama kepada Kakek dan Nenek!,dan jangan lupa
berikan oleh-oleh itu kepada mereka!” Papa Agung berkata.
“Baiklah.” Jawab
Agung dan Deni.Lalu mereka berangkat ke Jawa Timur.
Setelah sampai di
rumah kakeknya,mereka langsung bergegas mengetuk pintu rumah kakek dan nenek
Agung.Kakeknya bekerja di penagkaran penyu di wisata Sukamade,jadi mereka bisa
bermain sepuasnya di tempat wisata itu,walaupun penghasilannya sedikit,tetapi
kakek Agung tetap rajin bekerja dan beribadah kepada allah.
“Assalamu’alaikum. . .!” kata keempat anak.
“Waalaikum salam,ini siapa ya ?” nenek berkata.
“Ini cucu kakek dan nenek dari Bangka,Agung,dan Deni.”
jawab Deni.
“Oh kalian
rupanya,sudah lama tak melihat kalian,maka wajar saja sudah agak lupa.Sekarang kalian
sudah besar,dulu waktu kakek dan nenek ke Bangka, kalian masih belum sekolah!”
“Ayo silahkan
masuk,rumah kakek sederhana saja,mungkin jauh lebih baik rumah kalian!” kata
kakek.
“ah,sama saja kek,yang penting bisa dibuat tidur dan
berteduh.” ujar Latif.
“Kek ini titipan dari ayah dan ibu yang ada di Bangka!”
kata Agung.
“Wah terimakasih,cucu kakek memang anak baik.”jawab
kakek.
“Bagaimana keadaan ayah dan ibu kalian di sana, pasti
sehat selalu kan ?” kata nenek.
“Alhamdulillah ,ayah dan ibu sehat di sana.” Jawab Agung.
“Ini teman-teman kami,Sonep dan Latif,dan itu sopir
ayah,Pak Heru.Kami akan menginap di sini lima hari,boleh kan?” kata Deni.
“Oh tentu saja boleh,kalian kan sudah lama tidak kesini!”
jawab nenek Deni.
Suatu hari, mereka berkumpul di tepi pantai.
“Eh Gung,Deni ke mana?,kok tidak bersamamu
datang ke sini ?” tanya Sonep kepada
Agung.
“Aku tidak tahu,tadi
pagi padahal dia sarapan bersamaku.” jawab Agung.
“Emangnya kamu tadi berangkat dengan siapa?” tanya Latif.
“Aku tadi berangkat sendiri naik sepeda,dan
tidak bersama Deni,katanya
sih,dia nyusul!”
Beberapa saat kemudian
Deni datang dengan menuntun sepedanya yang bannya kempes.
“Loh Den,ada apa dengan
sepedamu?”ujar Sonep.
“ban sepedaku
kempes.”jawab Deni.
“Kenapa tidak dipompa
di bengkel?,kan
di dhaerah sini banyak bengkel.”tanya Agung.
“Tadi uangku dicopet di jembatan,dan aku tak sempat
mengejarnya.”
“Siapa pencopet
itu?,biar kuhajar saja dia!”ujar Sonep.
“Tak apa lah relakan saja,uangnya juga hanya
10.000.”jawab Deni.
“Sudah-sudah,mendingan
kita cari cara
saja untuk menangkap pencopet itu!” ujar Latif.
“Itu ide bagus,dengan begitu,kita bisa memecahkan masalah”jawab
Agung.
“Memangnya pencopet itu
lari ke arah mana Den?”
tanya Agung.
“Sebenarnya dia lari dengan cepat menuju pantai ini.”
“Baiklah
Den,besok kamu lewat situ lagi,tetapi dengan jalan kaki,dan jika kamu dicopet lagi,dan pencopet itu
lari ke arah sini,kami sudah bersiaga di sini,besok kan kita masih di sini!” kata Latif.
“Ya
baiklah.” Jawab Deni.
Keesokan
harinya,mereka melakukan itu dengan baik,dan semua sudah siap.Deni sudah mulai
berangkat,dan ketiga temannya sudah bersiap untuk menghajar bajingan itu.Dan pencopet itu melakukannya lagi,pada
saat Deni sudah dicopet,Ia berteriak sekuatnya untuk minta tolong,dan ketiga
temannya mendengar itu,mereka dalam keadaan siap.Pada saat pencopet itu sudah
berada di hadapan mereka,dengan talenta sepak bolanya,Agung langsung menendang
kaki pencopet itu,dan terjatuhlah dia,tetapi masih sempat berdiri,dan Latif langsung melompat ke pundaknya
hingga pencopet itu terjatuh lagi,tetapi karena tubuh Latif kecil,maka pencopet itu
berdiri lagi dan berlari menuju dermaga,dan
semangat mereka juga belum habis,mereka masih berusaha
mengejar,Deni juga ikut mengejar,tetapi bajunya sudah basah dengan keringat.Pada
saat pencopet melompat ke laut,dengan jago renangnya,Deni langsung melompat ke
laut juga,pencopet itu kehabisan tenaga,dan meminta maaf kepada Deni.Lalu Deni ditolong ketiga temannya,dan
naik ke dermaga,dan pencopet itu juga ikut naik.
“Kau
mencopet uang temanku ya!”kata Sonep.Lalu ia langsung menendang dengan keras perut pencopet itu
dengan jurus karatenya.
“Ampun . . .!,Aku menyerah,Aku minta maaf.”
Sonep menendang perut
pencopet itu tiga kali,hingga tiada berdaya baginya.Lalu keempat anak itu
membawa pencopet itu kepada Pak Doni,yaitu penjaga pantai setempat.Dan pencopet
itu diurus Pak Doni hingga ke pengurusan
keamanan wisata setempat.
“Yee. . .! alhamdulillah,kita sudah berbuat
kebaikan.” Kata Agung dan Deni bersamaan.
“Semoga
menjadi pengalaman yang tak terlupakan di SMP,tahun depan kita kan sudah berganti
seragam!” ujar Latif.
Saat itu ayah Sonep Pak Komar juga sedang tugas di
dhaerah itu,dan merekabertemu. Lalu pencopet itu dibawa Pak Komar ke kantor
polisi Banyuwangi.Dan saat itu juga ayah Latif Pak Somad juga sedang meliput
berita pelepasan penyu di pantai Sukamade.Lalu Pak Somad bekerjasama dengan Pak
Komar untuk memperoleh berita hangat yaitu pencopetan.Memang ayah Sonep dan
Latif sering bekerjasama untuk pekerjaannya.Dan beritakeempat anak itu masuk
koran nasional,dan mereka menjadi terkenal di Bangka,dan sekolahnya.
Kakek dan Nenek Agung sangat senang karena keempat anak
itu dapat membilas kejahatan di dhaerah rumahnya.
“Oh
iya,besok jika kita sudah
pulang,kita
belajar bersama di rumahku saja ya?,untuk menghadapi UN sekolah?” tanya Sonep
pada ketiga sahabatnya.
“Baiklah. . . .!” jawab
mereka.
Dan pada saat kelulusan,Latif mendapat peringkat
pertama,Sonep keempat,disusul sengan Agung,dan Deni di peringkat lima dan
enam.Latif,dan Sonep meneruskan sekolah si SMK Muhamadiyah 1,sementara Agung
dan Deni sekolah di SMA Islam Palembang.Walaupun mereka jarang bersama lagi,tetapi hubungan lewat internet,dan juga
media massa menjadi alternatifnya.
No comments:
Post a Comment