Sunday, September 14, 2014

cerpen empat sekawan



KEBAIKAN EMPAT SEKAWAN
Di sebuah desa di dhaerah Bangka,terdapat sekelompok sahabat yang terdiri dari 4 anak siswa SMP Muhamadiyah 1,empat anak itu terdiri dari Agung,Deni,Latif,danSonep.Agung adalah anak dari Pak Poni,dan Bu Darwanti,yang bekerja sebagai pengusaha susu,dan sapi perah yang sukses,hasil susunya juga ada yang dijual ke luar kota,karyawannyapun juga banyak.Agung jago dalam permainan sepak bola,timnya juga pernah mendapat juara satu lomba sepak bola di tingkat SD seBangka.Deni adalah saudara kandung dari Agung,mereka adalah anak kembar,tetapi Agung lebih dulu dilahirkan.Deni sangat pandai dalam olahraga renang,beberapa kejuaraan sudah didapatkannya.Agung,dan Deni biasa dipanggil si kembar. Latif adalah putra dari Pak Somad,dan Bu Susiati,ayahnya bekerja sebagai wartawan sebuah koran nasional,Latif sangat pandai di sekolah,tubuhnya sangat kurus dan kecil ,tetapi juara satu sudah tidak asing lagi baginya,dan ia bersifat baik,dan tidak sombong kepada teman-temannya.Sedangkan Sonep adalah putra dari Pak Komar,dan Bu Erna,ayahnya bekerja sebagai polisi,tubuhnya besar dan tinggi,sudah sepantasnya ia jago karate,tingkatannya hampir mencapai yang tertinggi.Jika keempat anak ini disatukan,mereka tiada henti untuk berbuat baik,dan juga belajar bersama.
Pada saat mereka belajar bersama di rumah si Kembar,Agung dan Deni mengajak Latif dan Sonep pergi ke rumah kakek dan nenek mereka yang berada di Sukamade,Banyuwangi,Jawa Timur.Lalu Latif,dan Sonep pun mau diajak Deni,kemudian mereka mencari peta rumah kakek nenek si Kembar melalui internet yang ada di rumahnya,dan dibantu oleh Ibu mereka.Dan akhirnya mereka menemukannya,dan di cetak di lembaran,supaya Pak Heru dapat mengantarkan mereka dengan cepat.Mereka berangkat pada keesokan harinya di pagi hari,dan diantar oleh Pak Heru.Pak Heru adalah sopir ayah si Kembar.
“Pa , Ma ,berangkat dulu ya!,doakan kita selamat sampai tujuan!” ujar Agung dan Deni bersamaan.
“Jangan lupa sampaikan salam dari Papa dan Mama kepada Kakek dan Nenek!,dan jangan lupa berikan oleh-oleh itu kepada mereka!” Papa Agung berkata.
“Baiklah.” Jawab Agung dan Deni.Lalu mereka berangkat ke Jawa Timur.

Setelah sampai di rumah kakeknya,mereka langsung bergegas mengetuk pintu rumah kakek dan nenek Agung.Kakeknya bekerja di penagkaran penyu di wisata Sukamade,jadi mereka bisa bermain sepuasnya di tempat wisata itu,walaupun penghasilannya sedikit,tetapi kakek Agung tetap rajin bekerja dan beribadah kepada allah.
“Assalamu’alaikum. . .!” kata keempat anak.
“Waalaikum salam,ini siapa ya ?” nenek berkata.
“Ini cucu kakek dan nenek dari Bangka,Agung,dan Deni.” jawab Deni.
“Oh kalian rupanya,sudah lama tak melihat kalian,maka wajar saja sudah agak lupa.Sekarang kalian sudah besar,dulu waktu kakek dan nenek ke Bangka, kalian masih belum sekolah!”
“Ayo silahkan masuk,rumah kakek sederhana saja,mungkin jauh lebih baik rumah kalian!” kata kakek.
“ah,sama saja kek,yang penting bisa dibuat tidur dan berteduh.” ujar Latif.
“Kek ini titipan dari ayah dan ibu yang ada di Bangka!” kata Agung.
“Wah terimakasih,cucu kakek memang anak baik.”jawab kakek.
“Bagaimana keadaan ayah dan ibu kalian di sana, pasti sehat selalu kan ?” kata nenek.
“Alhamdulillah ,ayah dan ibu sehat di sana.” Jawab Agung.
“Ini teman-teman kami,Sonep dan Latif,dan itu sopir ayah,Pak Heru.Kami akan menginap di sini lima hari,boleh kan?” kata Deni.
“Oh tentu saja boleh,kalian kan sudah lama tidak kesini!” jawab nenek Deni.




Suatu hari, mereka berkumpul di tepi pantai.
 “Eh Gung,Deni ke mana?,kok tidak bersamamu datang ke sini ?” tanya  Sonep kepada Agung.
“Aku tidak tahu,tadi pagi padahal dia sarapan bersamaku.” jawab Agung.
“Emangnya kamu tadi berangkat dengan siapa?” tanya Latif.
“Aku tadi berangkat sendiri naik sepeda,dan tidak bersama Deni,katanya sih,dia nyusul!
Beberapa saat kemudian Deni datang dengan menuntun sepedanya yang bannya kempes.
“Loh Den,ada apa dengan sepedamu?”ujar Sonep.
“ban sepedaku kempes.”jawab Deni.
“Kenapa tidak dipompa di bengkel?,kan di dhaerah sini banyak bengkel.”tanya Agung.
“Tadi uangku dicopet di jembatan,dan aku tak sempat mengejarnya.”
“Siapa pencopet itu?,biar kuhajar saja dia!”ujar Sonep.
“Tak apa lah relakan saja,uangnya juga hanya 10.000.”jawab Deni.
“Sudah-sudah,mendingan kita cari cara saja untuk menangkap pencopet itu!” ujar Latif.
“Itu ide bagus,dengan begitu,kita bisa memecahkan masalah”jawab Agung.
“Memangnya pencopet itu lari ke arah mana Den?” tanya Agung.
“Sebenarnya dia lari dengan cepat menuju pantai ini.”
“Baiklah Den,besok kamu lewat situ lagi,tetapi dengan jalan kaki,dan jika kamu dicopet lagi,dan pencopet itu lari ke arah sini,kami sudah bersiaga di sini,besok kan kita masih di sini!” kata Latif.
“Ya baiklah.” Jawab Deni.



Keesokan harinya,mereka melakukan itu dengan baik,dan semua sudah siap.Deni sudah mulai berangkat,dan ketiga temannya sudah bersiap untuk menghajar bajingan itu.Dan pencopet itu melakukannya lagi,pada saat Deni sudah dicopet,Ia berteriak sekuatnya untuk minta tolong,dan ketiga temannya mendengar itu,mereka dalam keadaan siap.Pada saat pencopet itu sudah berada di hadapan mereka,dengan talenta sepak bolanya,Agung langsung menendang kaki pencopet itu,dan terjatuhlah dia,tetapi masih sempat berdiri,dan Latif langsung melompat ke pundaknya hingga pencopet itu terjatuh lagi,tetapi karena tubuh Latif kecil,maka pencopet itu berdiri lagi dan berlari menuju dermaga,dan semangat mereka juga belum habis,mereka masih berusaha mengejar,Deni juga ikut mengejar,tetapi bajunya sudah basah dengan keringat.Pada saat pencopet melompat ke laut,dengan jago renangnya,Deni langsung melompat ke laut juga,pencopet itu kehabisan tenaga,dan meminta maaf kepada Deni.Lalu Deni ditolong ketiga temannya,dan naik ke dermaga,dan pencopet itu juga ikut naik.
“Kau mencopet uang temanku ya!”kata Sonep.Lalu ia langsung menendang dengan keras perut pencopet itu dengan jurus karatenya.
“Ampun . . .!,Aku menyerah,Aku minta maaf.”
Sonep menendang perut pencopet itu tiga kali,hingga tiada berdaya baginya.Lalu keempat anak itu membawa pencopet itu kepada Pak Doni,yaitu penjaga pantai setempat.Dan pencopet itu diurus Pak Doni hingga ke pengurusan keamanan wisata setempat.
“Yee. . .! alhamdulillah,kita sudah berbuat kebaikan.” Kata Agung dan Deni bersamaan.
“Semoga menjadi pengalaman yang tak terlupakan di SMP,tahun depan kita kan sudah berganti seragam!” ujar Latif.
Saat itu ayah Sonep Pak Komar juga sedang tugas di dhaerah itu,dan merekabertemu. Lalu pencopet itu dibawa Pak Komar ke kantor polisi Banyuwangi.Dan saat itu juga ayah Latif Pak Somad juga sedang meliput berita pelepasan penyu di pantai Sukamade.Lalu Pak Somad bekerjasama dengan Pak Komar untuk memperoleh berita hangat yaitu pencopetan.Memang ayah Sonep dan Latif sering bekerjasama untuk pekerjaannya.Dan beritakeempat anak itu masuk koran nasional,dan mereka menjadi terkenal di Bangka,dan sekolahnya.
Kakek dan Nenek Agung sangat senang karena keempat anak itu dapat membilas kejahatan di dhaerah rumahnya.
“Oh iya,besok jika kita sudah pulang,kita belajar bersama di rumahku saja ya?,untuk menghadapi UN sekolah?” tanya Sonep pada ketiga sahabatnya.
“Baiklah. . . .!” jawab mereka.
Hari itu adalah hari yang mempunyai momen tak terlupakan bagi mereka.
Dan pada saat kelulusan,Latif mendapat peringkat pertama,Sonep keempat,disusul sengan Agung,dan Deni di peringkat lima dan enam.Latif,dan Sonep meneruskan sekolah si SMK Muhamadiyah 1,sementara Agung dan Deni sekolah di SMA Islam Palembang.Walaupun mereka jarang bersama lagi,tetapi hubungan lewat internet,dan juga media massa menjadi alternatifnya.

No comments:

Post a Comment