MAKALAH SEJARAH PERLAWANAN
BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA BARAT
KELOMPOK 2 :
·
Kevin Aji Mahendra
·
Moh. Hasan A.
·
Muh. Fadhel
·
Nanda Tri Yuniar
·
Novi Ariyani
·
Reni Rinastuti
SMAN 2 GENTENG
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
sejarah tentang “Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat” tepat pada
waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena
pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.
Banyuwangi, 27 Agustus 2014
Daftar Isi
KATA PENGANTAR…………........................................................................ ii
DAFTAR ISI …………………………………………...............……………………………… iii
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................ 4
Bab II. PEMBAHASAN
A.
Perlawanan Terhadap Kekuasaan Portugis....................................... 5
B. Perlawanan Terhadap VOC................................................................ 6
C. Perlawanan Terhadap Penjajahan Belanda....................................... 7
Bab III. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 14
B. Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah merupakan yang sangat penting untuk pembelajaran dalam kehidupan. Karena dengan sejarah, kita bisa mengetahui
bagaimana pejuang bangsa Indonesia dalam memperjuangkan tanah air Indonesia
ini, yang sejak abad ke-18 penetrasi kekuasaan Belanda semakin besar dan
meluas, bukan hanya dalam bidang ekonomi dan politik saja, tetapi juga meluas
ke bidang-bidang lainnya seperti kebudayaan dan agama. Hal itu menyebabkan
terjadinya berbagai peristiwa perlawanan dan peperangan melawan penindasan dan
penjajahan Bangsa Barat.
Oleh karena itu kita haruslah sangat bersyukur
karena bisa menikmati hidup di Indonesia hingga saat ini tanpa harus ikut
berjuang melawan penjajah. Sehingga kita tetap harus menghargai akan perjuangan
para pahlawan kita dengan bisa menjadi penerus bangsa yang bisa menjunjung
tinggi nama Indonesia. Mengingat pentingnya akan bahasa sejarah, kita sebagai warga negara Indonesia dituntut untuk lebih memahami mengenai sejarah Indonesia dengan baik dan benar. Yang
salah satunya adalah belajar dengan sebaik mungkin.
Untuk itulah materi ini sangat penting dipelajari, karena sangat
disayangkan jika sebagai warga negara Indonesia tetapi tidak memahani mengenai
negaranya sendiri.
B.
Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah sejarah bangsa Indonesia melawan Bangsa
Barat ?
b) Nilai-nilai
apa yang mendorong mereka melakukan pengorbanan untuk Indonesia ?
c) Bagaimana cara para pahlawan
melawan penjajah ?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami
kedudukan serta fungsi mengenai
sejarah Indonesia.
3. Mengetahui beberapa pahlawan dan
bagaimana cara mereka dalam
mengusir penjajah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlawanan
Terhadap Kekuasaan Portugis.
1. Perlawanan
Kesultanan Ternate
Perlawanan rakyat Ternate didorong
oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang-wenang dan merugikan rakyat.
Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun dari Ternate. Seluruh rakyat
dari Irian sampai ke Jawa diserukan untuk melakukan perlawanan. Sayang sekali
Sultan Hairun ditipu oleh Portugis dan dihukum mati pada tahun 1570. Tetapi kecongkakan
Portugis akhirnya menuai balasan dengan keberhasilan Sultan Baabullah dalam
mengusir Portugis dari bumi Maluku tahun 1575. Selanjutnya Portugis menyingkir
ke daerah Timor Timur (Timor Loro Sae).
2. Perlawanan
Kesultanan Demak
Dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan
kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Oleh karena itu , Sultan Demak R. Patah
mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Pati Unus
melancarkan serangannya pada tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan
serangan terhadap Portugis yang mulai menanam pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di
bawah pimpinan Fatahillah, tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa. Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta.
3. Perlawanan
Kesultanan Aceh
Setelah menguasai Malaka, Portugis kemudian mengirimkan
pasukannya untuk menundukkan Aceh. Usaha inipun mengalami kegagalan. Serangan Portugis
ke Aceh menunjukkan bahwa kekuasaan Portugis di Malaka telah mengancam dan
merugikan Aceh. Apalagi kegiatan monopoli perdagangannya yang sangat
menyulitkan rakyat Aceh. Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Aceh menyerang
kedudukan Portugis di Malaka.
Pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk
menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu Aceh telah memiliki armada
laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
mendapat kemenangan. Namun , Aceh masih tetap meneruskan perjuangan melawan
Portugis.
B.
Perlawanan Terhadap VOC.
1. Perlawanan
Kesultanan Mataram
Pada awalnya Mataram dengan Belanda
menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng (loji) untuk
kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam terbaik untuk
Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara
Mataram-Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan
Pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Peristiwa
tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dengan Belanda. Raja Mataram
Sultan Agung segera mempersiapkan serangan terhadap VOC di Batavia. Serangan
pertama dilakukan pada tahun 1628.
Pasukan Mataram yang dipimpin
Tumenanggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan ini
kemudian disusul pasukan Tumenanggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua
bersaudara, yakni Kiai Dipati Mandurojo dan kiai Upa Santa. Tidak kurang dari 1000
prajurit Mataram
gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram segera mempersiapkan serangan kedua
dipimpin Kyai Adipati Juminah, Kiai A. Puger, dan K. A Purbaya.
Serangan dimulai tanggal 1 Agustus 1629 dan berakhir 1
Oktober 1629. Serangan kedua inipun juga gagal, selain karena faktor kelemahan
serangan pertama, lumbung padi persediaan makanan, banyak dihancurkan Belanda. Disamping
Sultan Agung, perlawanan juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi, dan Mas Said.
2. Perlawanan
Kesultanan Gowa
Dalam lalu lintas perdagangan, Gowa menjadi Bandar antara
jalur perdagangan Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa
sampai ke Malaka, maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya.
Melihat kedudukan Gowa yang begitu penting , maka VOC ingin
sekali menguasai Bandar di Gowa. Usaha yang dilakukan adalah melakukan blokade
terhadap Pelabuhan Sombaopu. Disamping itu, kapal-kapal VOC juga diperintahkan
untuk merusak dan menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-kapal asing.
Menghadapi perkembangan yang semakin genting itu , maka raja Gowa , Sultan
Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan untuk menghadapi
VOC. Beberapa kerajaan sekutu juga disiapkan.
Benteng-benteng dibangun di sepanjang pantai kerajaan.
Sementara itu, VOC dalam rangka menerapkan politik adu domba, telah menjalin
hubungan dengan seorang pangeran Bugis dari Bone bernama Arung Palaka.
Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 juli 1667. Tentara VOC dipimpin
Spelman yang diperkuat pengikut Arung Palaka menggempur Gowa. Karena kalah
persenjataan , benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh
pasukan Arung Palaka. Perselisihan ini diakhiri dengan ditandatanganinya
perjanjian Bongaya , yang isinya sebagai berikut:
1)
Gowa harus mengikuti hak monopoli.
2)
Semua orang Barat, kecuali Belanda
harus meninggalkan wilayah kekuasaan Gowa.
3)
Gowa harus membayar biaya perang.
4)
Di Makassar dibangun benteng-benteng
VOC.
C.
Perlawanan Terhadap Penjajahan Belanda.
1. Perlawanan
Rakyat Maluku (1817).
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda, hal itu
disebabkan karena Belanda datang ke Nusantara untuk mendapatkan rempa-rempah dengan
harga yang semurah-murahnya untuk keuntungan yang berlipat ganda. Sehingga
semua itu sangatlah memberatkan rakyat. Hingga datanglah Inggris untuk mendapat
simpati dari rakyat Maluku, dengan motif selalu membantu rakyat dari Belanda.
Namun Belanda kembali berkuasa dari tangan inggris setelah diterapkannya
Konvensi London tahun 1814. Dan pada tanggal 17 Mei 1817 pemuda Sapurua yang dipimpin
Pattimura, memulai perlawanan terhadap Belanda untuk merebut benteng Duurstede.
Bentengpun akhirnya dapat dikuasai dan Rasiden
Van Der Berg ditembak mati. Serangan lain juga terjadi di daerah Maluku lain, sehingga
hal itu mengacaukan Belanda.
Belandapun semakin meningkatkan ofensifnya menumpas gerakan perlawanan
rakyat Maluku. Hingga terjadilah pertempuran sengit secara Sporadis antara
rakyat Maluku dengan Belanda. Belandapun mendatangkan bantuan dari Batavia
hingga pasukan Pattimura terdesak oleh Belanda. Pada bulan Agustus Pattimura
menyingkir ke hutan dan melakukan perang Gerilya. Benteng Deverdijk dapat
dikuasai lagi oleh Belanda. Pattimura sangatlah terdesak hingga dapat ditangkap
Belanda dan dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon pada 16 Desember 1817.
2. Perlawanan Kaum Padri (1819-1832).
Awalnya
kedatangan islam di daerah Minangkabau tidak mempengaruhi
pola hidup kaum Adat. Tetapi setelah datangnya
tiga orang haji dari Mekah yaitu H. Miskin, H. Sumanik, dan H. Piabang yang ingin meluruskannya ajaran islam, hal itu membuat adanya tantangan dari kaum Adat.
Sehingga terjadilah perang antara kaum
Adat dengan kaum Padri. Dan setelah Belanda menerima penyerahan daerah Sumatra
Barat dari Inggris, Belanda membantu kaum Adat melawan kaum Padri. Namun
setelah adanya perlawanan Diponegoro Di Jawa, menyebabkan
kesulitan bagi pemerintah Hindia Belanda, hingga
pemerintah Belanda berhasil membujuk kaum Padri untuk berunding. Kolonel Stuers
pada tanggal 29 Oktober 1825 yang ditandatangani tanggal 15 November 1825
berhasil mengadakan perdamaian dengan
kaum Padri yang diwakili Tuanku Keramat yang berisi :
a. Belanda akan mengakui kekuasaan Tuanku-Tuanku di
Lintau, Limapuluh Kota, Telawas, dan Agam.
b. Kedua belah pihak akan melindungi orang-orang yang
sedang dalam perjalanan dan para pedagang.
c. Kedua belah pihak akan melindungi orang-orang yang
kembali dari pengungsian.
Peperangan
masih berlanjut dengan yang serangan Belanda
dipusatkan ke Bonjol. Belanda menggunakan siasat Devide at Empera dengan cara
mendatangkan pasukan Sentot Prawirodirjo dari Jawa.
Pertempuran
antara kaum Padri dan kaum Adat terjadi di kota Lawas. Perang saudara ini di
manfaatkan Belanda untuk menguasai Sumatra dengan membantu kaum Adat, namun
kaum Adat sadar bahwa mereka hanya dimanfaatkan Belanda. Akhirnya kaum kaum Padri dan kaum
Adat bersatu melawan Belanda. Perang padri akhirnya dimenangkan Belanda setelah
benteng Bonjol berhasil direbut belanda. Imam
Bonjol tertangkap pada tahun 1837
dan di buang ke Cianjur, dan tahun
1864 dipindahkan ke Manado hingga
wafat. Namun setelah wafatnya imam Bonjol,
peperangan masih tetaplah berlanjut
di dhaerah Sumatra Barat.
3. Perlawanan
Diponogoro (1825-1830).
Pangeran diponogoro adalah
bangsawan mataram yang berusaha membebaskan tanah mataram dari dominasi
Belanda. Perlawanan terjadi antara tahun 1825-1830. perang yang terjadi, dilatar belakangi karena
berbagai masalah yang muncul.
Masalah Umum :
Masalah Umum :
·
Kerajaan mataram semakin sempit
kekuasaannya, akibat Belanda.
·
Campur tangan belanda dalam urusan
istana mataram.
·
Penderitaan dan kesengsaraan mataram
kerena banyak pajak yang dipungut Belanda.
·
Kaum ulama kecewa karena
berkembangnya budaya barat.
·
Kaum bangsawan tidak diperkenankan
menyewakan tanah.
Masalah yang khusus yaitu Belanda membuat jalan di
Tegalrejo yang melalui makam leluhur
Dipenogoro tanpa izin terlebih dahulu.
Perlawanan Diponegoro mendapat dukungan dari Kyai Maja, Sentot Prawiro Direjo, dan pangeran Mangku Bumi. Dalam perang, Dipenogoro melakukan siasat Perang Gerilya, sehingga Belanda kewalahan dalam menghadapinya. Belanda mengangkat Jendral De Koock untuk menghadapi Diponogoro dengan siasat Benteng Stelsel, artinya setiap daerah yang dikuasainya segera dibangun benteng, kemudian antara benteng yang satu dengan yang lainnya dihubungkan jalan untuk gerak cepat pasukan. Diponegoro ditangkap dalam perundingan dan di asingkan ke Batavia, kemudian ke Manado dan akhirnya ke Makassar sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855.
Perlawanan Diponegoro mendapat dukungan dari Kyai Maja, Sentot Prawiro Direjo, dan pangeran Mangku Bumi. Dalam perang, Dipenogoro melakukan siasat Perang Gerilya, sehingga Belanda kewalahan dalam menghadapinya. Belanda mengangkat Jendral De Koock untuk menghadapi Diponogoro dengan siasat Benteng Stelsel, artinya setiap daerah yang dikuasainya segera dibangun benteng, kemudian antara benteng yang satu dengan yang lainnya dihubungkan jalan untuk gerak cepat pasukan. Diponegoro ditangkap dalam perundingan dan di asingkan ke Batavia, kemudian ke Manado dan akhirnya ke Makassar sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855.
4. Perang
Jagaraga.
Pada tahun 1844, kapal Belanda
terdampar di Pantai Buleleng. Sesuai dengan hukum Tawan Karang, kapal itu
disita oleh kerajaan Buleleng. Tetapi Belanda menuntut agar kapal itu
dikembalikan dan seluruh kerajaan di Bali tunduk kepada Belanda. Tetapi Raja
Beleleng menolaknya, sehingga pada tahun 1846, Belanda mendaratkan 1700 pasukan dan
terjadilah pertempuran di Buleleng.
Kerajaan Buleleng dipimpin oleh Patihnya, Gusti Ktut Jelantik. Namun
pertempuran itu gagal yang kekalahan itu dianggap sebagai tunduknya semua kerajaan
di Bali terhadap Belanda.
Akhirnya Raja dan Patih
Buleleng bersatu dengan kerajaan lain seperti Karangasem, Klungkung, Mengwi, dan Bandung sepakat untuk
menyerang pos-pos Belanda yang dipimpin Gusti Ktut Jelantik. Sehingga pada
tahun 1848 belanda mengirim pasukan 2300 orang. Belanda mengancam dan menuntut
raja-raja di Bali. Namun, tuntutan itu tidak dihiraukan oleh raja dan rakyat
Bali. Sehingga pada tahun 1849, pihak Belanda kembali mengirim pasukan yang
lebih banyak, sekitar
5000 serdadu ke Bali. Selanjutnya, berkobarlah pertempuran sengit yang dikenal
sebagai Perang Jagaraga (Perang Puputan) atau perang hingga seluruh pasukan
Bali gugur. Benteng Jagaraga akhirnya dapat diduduki Belanda. Maka pada tahun
1849 semua kerajaan di Bali sudah berada di bawah kekuasaan Belanda.
5. Perang
Banjar (1859-1863).
Pada tahun 1859 terjadi Perang
Banjar. Perang itu timbul, karena :
a. Dhaerah kekuasaan Belanda di
Kalimantan Selatan semakin diperluas, dan dhaerah kerajaan makin dipersempit oleh
Belanda.
b. Rakyat
hidup menderita karena beban pajak dan kewajiban kerja paksa.
c. Pemerintah
Belanda melakukan intervensi dalam urusan Kerajaan banjar.
Pada tahun 1857 terjadi
konflik internal dalam pergantian raja. Belanda menunjuk Pangeran Tamjidillah sebagai sultan,
yang tidak dikehendaki
rakyat. Penangkapan Pangeran Prabu Anom dan pengambilalihan Kesultanan banjar
oleh Belanda pada tahun 1859, yang menimbulkan kekecewaan mendalam bagi kaum bangsawan dan
rakyat,
sehingga muncullah Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat memimpin perlawanan.
Pada bulan April tahun
1859, pasukan Banjar menyerang pos-pos Belanda, seperti di Martapura, sekitar
sungai Barito, dan di Tabanio. Bahkan pasukan Pangeran Hidayat yang dipimpin
Tumenggung Surapati berhasil membakar dan menenggelamkan kapal Onrust milik
Belanda. Sehingga pada tanggal 11 Juni 1860, Belanda secara resmi menghapus
kesultanan Banjar dan Banjar diperintah oleh seorang penguasa Hindia Belanda.
Pangeran Antasari terus
berjuang memimpin perlawanan, walaupun Kyai Damang Leman menyerah dan Pangeran Hidayatullah
tertangkap dan dibuang ke Cianjur. Bahkan ia diangkat oleh rakyat menjadi
pemimpin tertinggi agama dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin
pada tanggal 14 maret 1862. Ia dibantu para pemimpin yang lalin, seperti
Pangeran Miradipa, Tumenggung Surapati dan Gusti Umah untuk memutuskan
pertahanan di Hulu Taweh. Perlawanan Antasari berakhir sampai ia meninggal pada
11 oktober 1862, yang kemudian perlawanannya dilanjutkan putranya, yaitu pangeran Muhamad Seman.
6. Perlawanan
Rakyat Aceh (1873-1912).
Pertempuran ini dilatar belakangi karena :
ü Aceh
merupakan pusat perdagangan, sehingga Aceh banyak menghasilkan lada dan
tambang serta hasil
hutan. Oeh karena itu Belanda berambisi untuk mendudukinya.
ü Aceh
semakin terancam dengan adanya Traktat Sumatera, yang berisi pemberian
kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatera, termasuk
Aceh.
ü Aceh berusaha untuk
memperkuat diri dengan mengadakan hubungan dengan Turki, Konsul Italia, dan Konsul Amerika Serikat di
Singapura.
ü Belanda
khawatir, pada 26 Maret 1873 memaklumkan perang kepada Aceh.
ü Strategi Belanda untuk mengalahkan
Aceh:
1. Menghancurkan seluruh ulama dan pemimpin dari pusat kegiatan.
2. Membentuk pasukan gerak cepat.
3. Semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani perjanjian.
1. Menghancurkan seluruh ulama dan pemimpin dari pusat kegiatan.
2. Membentuk pasukan gerak cepat.
3. Semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani perjanjian.
4. Setelah melakuan operasi militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi (pasifkasi).
5. Bersikap lunak terhadap para bangsawan.
Pada 8 April 1873, Belanda menguasai masjid Raya Aceh, banyak
mengundang para tokoh dan rakyat untuk bergabung berjuang melawan Belanda,
diantaranya Imam lueng Bata, Cut Banta, Tengku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan
istrinya Cut Nyak Dien. Pada tahun 1874, Belanda berhasil
menduduki istana kesultanan. Karena wilayah Aceh sangat kuat dalam militernya,
maka Belanda
malakukan politik Devide Et Impera (memecah belah dan menguasai). Pada bulan Agustus 1893,
Teuku Umar menyatakan tunduk kepada Belanda tanpa sebab, tetapi ia keluar dari
Belanda pada 30 Maret 1896, dikarenakan keluarganya. Militer Aceh berencana melakukan
penyerbuan Terhadap Belanda, namun kekuatan militer Aceh masih belum cukup kuat
untuk melawan, sehingga Teuku Umar, dan Panglima Polim terpaksa mundur dari
peperangan.
Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur karena
terkena peluru ketika ia bersama pasukannya bersiap untuk pengepungan di
Meulaboh, sehingga perjuangannya dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien, dan mereka
terus melakukan gerilya. Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan dibuang
ke Sumedang, serta meninggal pada 6 November 1905.
Panglima Polim dan Sultan Daudsah
dipaksa menyerah ketika Belanda bertingkah licik dengan menculik
anggota-anggota keluarganya.
Pada 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk menandatangani plakat
pendek yang isinya:
1. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain Belanda.
3. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
1. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain Belanda.
3. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Dengan adanya plakat tersebut, maka
Belanda semakin mudah menguasai seluruh wilayah Aceh.
7. Perlawanan
Si Singamangaraja XII.
Pada
tahun 1870, Patuan Bosar Ompu Pulo Batu raja kerajaan Bakkara (Daerah Tapanuli)
atau Si Singamangaraja XII sangat berpengaruh dan dihormati rakyatnya di tanah
Batak yang sangat anti penjajahan. Sehingga Belanda ingin menguasai tanah Batak tersebut.
Tetapi Si Singamangaraja XII bergerak memimpin perlawanan. Yang dilatar
belakangi :
a. Si
Singamangaraja XII menentang tindakan Belanda yang menyebarkan agama Kristen di
Tapanuli dengan cara paksa.
b. Pada
tahun 1878 Belanda menduduki dhaerah Silindung dengan alasan melindungi para zending
(lembaga penyebar agama Kristen) di tanah Tapanuli.
Sejak tahun 1861 para
zending telah menyebarkan agama Kristen di tanah Tapanuli. Yang awalnya tidak
menimbulakan masalah. Tetapi, ketika Si Singamangaraja XII tampil sebagai raja,
para zending nampak diperalat oleh Belanda. Hal itu membuat Si Singamangaraja
XII tidak senang dengan berkembangnya pengaruh Belanda di Tapanuli. sehingga
terjadilah pertempuran rakyat Batak melawan Belanda yang dipimpin Si
Singamangaraja XII. Dan Belanda melakukan pengepungan di daerah Pakpak.
Pada tahun 1904 pasukan
Belanda pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah berhasil mendesak pertahanan Si
Singamangaraja XII. Pada tahun 1907, pasukan Marsose dipimpin oleh kapten Hans
Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Si Singamangaraja XII dan
para pengikutnya menyelamatkan diri ke hutan Simsim. Akhirnya, dalam
pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Si Singamangaraja XII gugur beserta seorang
putri dan dua orang putranya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan ini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa saat revolusi industri,
Belanda merupakan negara yang kurang maju industrinya. Oleh karena itu, Belanda
mengembangkan keunggulan komparatif berupa industri berbasis pertanian dan
pertambangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tenaga kerja
tanah jajahan. Yang salah satunya dengan menjajah bangsa Indonesia. Sretegi tersebut
terbukti mampu menjadikan Belanda sebagai negara pemasok bahan mentah dan
tambang yang dibutuhkan negara industri maju di Eropa. Namun bangsa Indonesia
tidaklah rela bila terus diperbudak oleh Belanda hingga terjadilah bebabagai
perlawanan yang telah dilakukan oleh para pejuang dan pahlawan Indonesia. Oleh
karena itu memanglah amat penting akan sejarah sehingga tidaklah salah akan
adanya mata pelajaran di setiap sekolah-sekolah di Indonesia. Semua itu agar
semua para generasi bangsa bisa lebih mengetahui sejarah dan sebagai cerminan
agar kita tetap selalu memperjuangkan tanah kelahiran kita Indonesia.
B.
Saran
Setelah kita mempelajari
mengenai pentingnya sejarah, kita harus bisa tetap memperjuangkan negara kita
dan juga dengan tetap menghargai para pejuang bangsa. Sehingga sebagai siswa
kita harus belajar dengan sebaik-baiknya agar penerus bangsa kita bisa lebih
memajukan negara ini. Dan sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mohon kritik dan saran dari
pembaca.
Daftar Pustaka
Kanzunnudin, Muhammad. 2011. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan Adhigama.
Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Iya sama sama..
ReplyDelete